RUMAH DUA KAMAR DAN SATU MUSHALLA
Aku pendatang di kota ini. Bagaimanakah tempat ini? Bisakah aku mencari nafkah di sini? Sulitkah bertahan hidup di sini? Keinginan kami adalah jawaban alternatif atas pertanyaan-pertanyaan itu. Masyarakat setiap kota tentu harus memenuhi kebutuhan lahir dan batin mereka. Waktu berlalu, Bumi berputar, tanah dan tanamannya. senantiasa memperbarui diri setiap musim. Desa-desa. berkembang menjadi kota, dan kota-kota juga berkembang menjadi metropolis. Para ulama pun terus berjuang dalam menyebarkan ilmu di setiap penjuru dunia.
Mengikuti ulama sepanjang usia
Tentu negeri kita ini adalah tempat yang memiliki sejarah panjang.
Tanah kita yang subur, ada juga masyarakat kita yang mengolahnya dengan baik.
Penduduknya pun sangat berharga.
Sebagiannya ada yang menjadi guru, mereka mengisi otak kita dengan
pengetahuan. Sebagian lainnya ada yang menjadi pendidik, mereka memenuhi taman
adab kita dengan bunga- bunga. Abad demi abad berlalu, nama-nama pun berganti.
Para pendidik itu juga merupakan ustaz yang membangun karakter kita siapa pun
sebutan mereka, mereka merupakan para pendidik yang mengajarkan adab.
Orang-orang terpelajar membutuhkan percikan kecil untuk membuka
pendengaran mereka. Awal pengetahuan dinyalakan dengan sumbu pemahaman yang
sesaat.
Membaca tidak terbatas di perpustakaan saja, tetapi bisa di taman, area
rekreasi, tepi pantai, atau dataran tinggi.... Bagian kehidupan yang melelahkan
dapat menjadi hal berharga dengan goresan pena. Begitu juga, perjalanan panjang
adalah sebuah cara yang baik untuk berpikir setiap kali Anda membaca, dan untuk
memperkaya pemahaman Anda setiap kali Anda berpikir.
Sebenarnya orang-orang di kota ini menyadari hal tersebut. Pohon itu
membengkok dan membentuk dirinya ketika masih kecil, sedangkan manusia ketika
ia masih muda. Para
pendidik itu juga menanam pohon untuk kedua alam, bahkan yang lebih
luar biasa adalah mereka mendidik o orang. Meskipun berabad-abad telah berlalu,
tujuan mulia terus berlanjut. oran
Orang-orang pribumi di sini mendidik anak-anak mereka dengan cara
tersebut. Tata krama yang diterapkan dalam keluarga memengaruhi perilaku dan
ucapan mereka. Keadaan ini juga menyebar ke seluruh jiwa yang bersih.
Singkatnya, pengajaran dan pendidikan dimulai di dalam rumah. Karakter dibangun
dengan kepekaan akhlak dan adab yang diterapkan dalam sikap dan perilaku.
"Rumah" dua kamar dan satu maktab-mushala
Di rumahmu ada berapa ruangan?
- Ada dua kamar dan satu mushala.
- Bukan dua kamar satu ruang tengah?
- Bukan, kami memiliki dua kamar dan satu mushala.
Pemahaman ini berlaku di setiap rumah yang memahami keutamaan ilmu dan
amal. Biasanya kita memiliki sudut baca, tempat di mana perbuatan atau perilaku
kita terbentu dalam diri kita saat kita membaca. Di setiap ruangan, kita juga
memiliki area-area yang kondusif untuk belajar. Kita juga tentunya memiliki
sajadah dengan motif sederhana yan dibentangkan ke arah kiblat. Pada abad ke
berapa pun kita berada, kita tidak mencari apa-apa selain sekadar rezeki yan
cukup untuk mengisi perut kita.
Memandangi berbagai alam dari dalam rumah
Bunga-bunga geranium ditanam di dekat jendela, dan bunga bugenvil di
balkon. Sementara burung-burung pipit mengepakkan sayapnya di sekitar bunga,
teman setia kita,
yaitu buku-buku, duduk berbaris di atas rak sambil memandangi mereka.
Masing-masing dari mereka adalah gerbang menuju alam-alam yang berbeda.
Di paling atas terdapat Al-Quranul Karim yang paling berharga. Setelah
itu, buku-buku hadis dan ilmu agama ditempatkan di bawahnya. Barisan berikutnya
dipenuhi oleh buku-buku profesi serta buku-buku minat dan bakat. Beberapa di
antaranya berpakaian psikologi, dan beberapa lainnya berpakaian sosiologi.
Beberapanya berisi kisah-kisah keagamaan, sedangkan beberapa lainnya berisi
kisah- kisah sastra. Masing-masing dari buku-buku itu membawa kekayaan dunia
mereka sendiri di dalam halaman-halaman mereka. Setiap kalimat di dalamnya
menyajikan buah gagasannya sendiri di atas nampan kertas.
Di rumah-rumah maktab ini, setiap orang tua menjadi teman dekat bagi anak-anak mereka. Banyak buku pilihan menjadi nutrisi bagi jiwa kita. Ampas-ampas kopi pun selalu setia menjadi pendamping setiap paragraf kita.
Sudut-sudut baca
Membaca adalah sebuah kebutuhan, seperti makan dan minum. Ketika dapur
merupakan suatu kebutuhan, apakah membaca bukan suatu keharusan? Kebutuhan akan
pengetahuan ini adalah untuk memahami kebenaran. Oleh karena itu, pembaca yang
bijaksana bukanlah orang yang sekadar membaca buku, melainkan orang yang
tergila-tergila pada ilmu yang mengantarkan seseorang pada tujuannya.
Bayangkanlah sebuah jam pasir. Ketika Anda mulai membaca, waktu Anda
berlalu bersama jatuhnya butiran pasir dari atas, tetapi pasir juga menumpuk di
bagian bawah. Saat kita membaca, otak kita mengumpulkan apa yang dibawa oleh
waktu tanpa menyia-nyiakannya, sebagaimana
bagian bawah jam pasir. Ketika saatnya tiba, akal kita akan
menggunakan kumpulan pengetahuan itu secara bertahap.
Rumah maktab itu seperti perpustakaan yang buka selama 24 jam sehari.
Setiap bagiannya sangat mendukung untuk belajar setiap saat. Apa yang dibaca
dalam tulisan akan diperkuat dengan kehidupan di rumah.
Sebagian orang membaca di dapur. Ada yang mengorbankan konsolnya atau
leman pajangannya untuk mengubah sudut ruangan di rumahnya menjadi perpustakaan
kecil. Dekorasi rumah kita harus dibuat sesuai dengan hal-hal yang kita
prioritaskan dalam hidup kita. Sudut-sudut rumah kita harus diatur sesuai
dengan arah kiblat, kemudian dengan letak perpustakaan di rumah.
Sebuah jendela yang menerima sinar matahari, bunga seruni yang
menyebarkan aromanya dari jendela, atau tanaman merambat yang melepaskan cabang
panjangnya dengan daun kecil dari keranjang macrame akan menyatu dengan alam di
dalam paragraf paragraf kita.
Saat membaca dari e-book, terkadang kita ingin dapat mengatur cahaya
yang cukup di sudut baca kita. Lampu lantai atau lampu baca yang mengarahkan
kepalanya dari samping ke halaman buku kita di malam hari akan cukup bagi kita.
Tidak masalah, selama itu tidak melelahkan mata kita, dan ada cahaya yang
menerangi halaman buku kita dalam kegelapan. Biarlah ia menyatu dengan makna
kalimat-kalimat yang tertulis, lalu menerangi jalan yang akan kita lalui.
Tentu kita ingin sudut baca kita dekat dengan perpustakaan, Jauh dari
keramaian, dan terbebas dari suara klakson, notifikasi sosial media, serta
keramaian yang mengganggu. Hanya ada keheningan yang dalam dan suara
kalimat-kalimat yang menggema dari buku-buku. Ruangan-ruangan kita yang di
dalamnya paragraf paragraf buku berbicara bergantian dalam waktu yang lama dan
kesunyian menguasai suasana.....
Comments
Post a Comment