PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap manusia mempunyai harapan
yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam
keadaan hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidip, dan kemampuan masing-masing.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Dengan demikian harapan menyakut dengan masa depan kita. Kita harus
hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup mengantung semata pada harapan.
Adalah baik untuk berharap yang terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak
bisa hanya berharap, kita harus bertindak sengat menyedihkan bahwa banyak hal
digantung berlebihan pada harapan demi perbaikan nasib. Bekerja dan bertindak
disertai dengan harapan didalam hati adalah hal yang membawa hasil Kombinasi
yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan sealama hal itu disertai dengan
tidakan dan berdo’a.
Harapan tidak bisa mengantikan
tindakan, kerja apa yang harus dikerjakan ada atau tidak ada harapan. Harapkan
yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan harapan itu terwujud. Mulai hari baru anda dengan harapan,
dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan menginspirasikan anda,
ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik dan bayar setiap ongkosnya.
Harapan tergantung kepada ANDA, hidup adalah kemewahan, hidup adalah
kegembiraan sekalipun dihari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini hidup
sehingga bisa membuat keputusan, bisa melakasanakan nya dan mampu membuat
perbedaan jauh lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kemewahan yang
menungkin menghadang Saat dunia gelap hidup adalah alas an mengapa anda harus
menjadi cahaya.
Kualitas hidup anda tidak tergantung
pada apa yang anda temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala
tantangan. Hari ini adalah hari istimewa kerana anda diperbolehkan masuk ke
hari ini ada kesempatan untuk tumbuh dan mencapai cita-cita anda kesegala arah.
Bila orang disekitar anda pencemooh daan pendengki anda punya kesempatan untuk
membuat bhawa kerena anda lingkungan anda bisa berubah kea rah yang lebih baik.
Tantangan kesulitan yang ada didepan anda menyembunyikan harta karun nyata yang
menunggu untuk digali.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai bahan untuk memperlajari materi dalam
mata kuliah Ilmu budaya dasar dan disamping itu untuk lebih mengetahui arti
kegelisahan dalam diri manusia serta mengambil hikmah dari materi ini sehingga
menjadi manusia yang lebih baik.
C.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Harapan ?
2.
Sebab-sebab
orang memiliki Harapan ?
3.
Bagaimana
Usaha-usaha dalam mencapai Harapan ?
4.
Macam
Harapan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa
yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda
dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu,
dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain.
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B. PENGERTIAN
HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap.
Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan
harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap
orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri
dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus
harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan
kepada Allah SWT.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu
yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun
diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun
ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya
banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha
dan berdo’a.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau
keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang
oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya,
misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan
iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari
semua itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir
positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk
menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.
C. MANUSIA
DAN HARAPAN
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang
terjadi dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan
lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah
memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu
yang akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada
tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya
atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang
berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang
berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal
sebagai berikut :
- Harapan
apa yang baik
- Bagaimana
cara mencapai harapan itu
- Bagaiman
bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di
akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara
dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada
hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan dan terwujud.
D. APA SEBABNYA MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN
` Menurut kodratnya manusia itu adalah
mahluk sosial. Setiap Lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan
hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak
ada satupun manusia yang luput dari pergaulan hidup. Di tengah-tengah manusia
lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya.
Ada dua hal yang menorong orang
hidup bergaul dengan orang lain yaitu dorongan kofrat dan dorongan kebutuhan
hidup.
1.
Doronga
kodrat
Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam
diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat
menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis,
tertawa, bergembira, dan sebagainya. Kodrat juga terdapat pada binatang, walau
bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Dalam diri manusia masing-masing
sudah terjelma sifat, kodrat pembawa dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan Kodrat ini, maka
manusia mempunyai harapan.
2.
Dorongan
kebutuhan
Sudah kodrat pula bahwa
manusia mempunyai bermacam-macam keebutuhan hidup.
Kebutuhan hidup pada dasarnya dapat dibedakan atas Kebutuhan Jasmani dan Kebutuhan Rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan , kemampuan manusia sangat terbatas , baik kemampuan fisik maupun kempuan berpikir.
Kebutuhan hidup pada dasarnya dapat dibedakan atas Kebutuhan Jasmani dan Kebutuhan Rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan , kemampuan manusia sangat terbatas , baik kemampuan fisik maupun kempuan berpikir.
Menurut Abraham
Maslow sesuai dengan kodratnya Harapan dan Kebutuhan Manusia yaitu :
a.
Kelangsungan
hidup (survival)
Untuk
melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan (tempat
tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Setiap
bayi begitu lahir di bumi menangis, ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan
akan makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia.
b.
Keamanan
(safety)
Setiap orang
membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan keamanan.
Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan. Setelah
agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh ibunya.
Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan
dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa
aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh kemanan moril bagi
pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa
Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamana.
c.
Hak
dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang
mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula
kesadaran akan hak dan kewajiban. Karena itu tidak jarang anak-anak remaja
mengatakan kepada ayah atau ibu. “Ibu ini kok menganggap Reny masih kecil saja,
semua diatur!” Itu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan
hak dan kewajibannya.Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah
dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.
Sebab umum nya rejara mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak
sesuai dengan alamnya.
d.
Diakui
lingkungan
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa,
mengapa manusia hidup, Status itu penting, karena dengan status orang tahu
siapa dia Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu. Misalnya
ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik dan tidak berdosa
sebab yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap memberikan cap yang
negatif.
e.
Perwujudan
cita-cita
Selanjutnya
manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangakatannya
atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya
agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
E.
Macam-Macam Harapan
Sudah sewajarnya bila
kita, manusia, memiliki yang namanya harapan atau impian. Sudah sepantasnya
kita mulai membangun harapan itu sendiri. Memang, dalam hidup kita memiliki
target dan gambaran kedepan. Kita perlu merencanakan hidup, dan mulailah kita
membuat rencana dengan menaburkan benih-benih harapan dalam diri kita.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah
(1292-1350), salah seorang ahli fiqh dan ulama ahlus sunnah yang terkemuka
kelahiran Damaskus, sempat menggambarkan tentang harapan dalam salah satu
kitabnya yang berjudul ad-Da’ wa ad-Dawa’.
Dalam kitabnya itu, Ibnu
Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang manusia dan harapan. Setidaknya, ada 3
indikasi manusia dalam berharap:
Yang pertama, seseorang itu benar-benar mencintai apa yang diharapkannya. Jika kita berharap,
maka sudah seharusnya kita mencintai apa yang kita harapkan. Agar kita
senantiasa terpacu dalam mewujudkan harapan.
Banyak orang di zaman
sekarang yang berharap, tapi ternyata harapannya itu hanyalah harapan kosong
atau hanya angan-angan belaka. Mereka tidak begitu mencintai apa yang
diharapkannya. Sehingga hati dan dirinya tidak begitu terpacu dengan harapan
yang telah ditanamkan di dalam hatinya. Dan apabila kita mencintai apa yang
kita harapkan, maka hati kita akan semakin terus berharap agar harapan itu bisa
terwujud.
Yang kedua, seseorang itu takut dan cemas apabila kejadiannya lain dari apa yang dia
harapkan. Tentu sebagai seorang manusia yang berharap, kita tidak mau bila apa
yang telah kita harapkan ternyata tidak terjadi.
Entah sudah berapa banyak
orang yang telah putus asa dan berhenti mengejar seluruh impian mereka karena
apa yang mereka harapkan ternyata lain dengan kenyataan. Dalam hal ini, sebagai
seorang yang mengaku muslim yang taat, maka sudah seharusnya kita tidak
berputus asa. Bahkan bila kita mengaku beriman, maka seharusnya kita
berprasangka baik kepada Allah.
Gantilah pola pikir
berprasangka buruk kepada Allah dengan berprasangka baik kepada Allah. Karena
tidak jarang manusia yang lari dari takdirnya. Banyak kasus ketika harapan
seseorang tidak terwujud, dia pun langsung down, tidak bangkit lagi,
atau sikap negatif lainnya yang terkesan tidak menerima apa yang ditakdirkan
Allah. Maka dari itu, ubahlah pola pikir anda dengan husnuzan,
berprasangka baik kepada Allah. Karena itulah sifat orang-orang yang beriman.
Dalam pikiran orang beriman, ketika harapannya tidak terwujud, maka di dalam
pikirannya tidak mengutuk, memaki, atau menghina diri sendiri, orang lain, atau
bahkan Tuhannya. Dalam pikiran orang yang beriman adalah:
“Dan inilah yang terbaik
bagi saya dan masa depan saya. Memang, tidak jarang
harapan itu tidak terwujud. Tapi itu bukan berarti bahwa itu buruk. Justru
mungkin ketika yang kita harapkan itu ternyata tidak terwujud, itu adalah yang
lebih baik bagi kita. Dan dengan itu pula kita diuji, sebagaimana hati kita
bisa berlapang dada dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.”
Yang ketiga, seseorang yang berharap adalah orang yang mengoptimalkan amalan dan
perbuatannya demi meraih puncak harapannya. Bila kita berharap, maka
kita perlu yang namanya kerja lebih. Kita butuh mengoptimalkan amalan dan
perbuatan kita untuk mewujudkan harapan. Jangan biarkan harapan kita itu hanya
menjadi sampah angan-angan belaka. Tetapi wujudkanlah harapan itu dengan
perbuatan kita. Karena dalam mewujudkan harapan, kita tentu melewati yang
namanya proses tantangan. Dan demi melewatinya, kita perlu yang namanya
pengoptimalan kerja kita. Apa maksudnya optimal?
Optimal itu ada dua
kriteria. Yang pertama adalah maksimal, dan yang kedua adalah konsisten. Dalam
meraih harapan, kita perlu optimal.
Tidak sulit kita menemukan
orang-orang yang gagal mengejar harapan mereka, lantaran kurang maksimalnya
usaha mereka atau usaha mereka yang tidak konsisten dalam memaksimalkan
perbuatan mereka.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu
yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun
diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun
ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya
banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha
dan berdo’a.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya
seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan
untuk memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya
disertai dengan unsur dalam, yaitu berdo’a.
B. SARAN
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak
boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan
itu lah yang membuat hidup kita menjadi berarti di dunia ini, yang terus
memberikan dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam
setiap pekerjaan.
Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah SWT,
yaitu dengan berusaha dan berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat
mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma
masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk
mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga
tidak membuat kita putus asa untuk selalu terus mecoba.
DAFTAR
PUSTAKA
Widyo Nugroho, Achmad Muchji.
1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma
Suyadi M.P. Drs., Buku Materi
Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T. 1984-1985
Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Ad-Da’u wa Ad-Dawa’, terj. Salim
Bazemool dengan judul Terapi Penyakit Hati, (Jakarta: Qisthi Press, 2005).
Tri Prasetya, Drs. Djoko, dkk. 1991.
Ilmu Budaya Dasar ; Jakarta. Rineka Cipta
Widagdo, Drs. Djoko, dkk. 2003. Ilmu Budaya Dasar; Jakarta. Bumi Aksara
Widagdo, Drs. Djoko, dkk. 2003. Ilmu Budaya Dasar; Jakarta. Bumi Aksara
Why do paylines be important? - Work On Your Money
ReplyDeleteA Payline system, whereby a team's moneyline is the first team to งานออนไลน์ pick up an advantage on a given team's final win against 1xbet korean the Payouts in NFL deccasino