Poskolonialisme merupakan kritik kultural (budaya) wacana kolonial yang masih terbenam dibalik kenyataan yang pernah terjadi, terutama yang mengakar di dalam praktik kultural masyarakat timur. Makna sesungguhnya dari poskolonial bukan berarti merupakan pasca kemerdekaan, namun yang dimaksudkan adalah dimulai dari sejak pertama kali kontak penjajah dengan masyarakat pribumi. Secara ringannya, teori poskolonialisme adalah teori yang menganaisis sastra dari sebuah karya sastra yang mengalami penjajahan dimasa kolonial yang hingga sekarang masih dirasakan efeknya bukan saja secara fisik tetapi juga secara psikis ataupun psikologi. Diantara bentuk efeknya adanya perbedaan antara strata masyarakat tinggi dengan yang memiliki strata rendah. Yang tinggi menindas yang rendah, sehingga terjadinya berbagai perspektif diantara masyarakat rendah dalam memaknai masyarakat tinggi.
Adapun tujuan dari teori ini adalah untuk membongkar praktik praktik yang terselubung dalam sebuah karya
sastra pada kolonialisme. Karenanya teori poskolonialisme memiliki arti penting
dalam mengungkapkan kejadian penindasan oleh para kolonial terhadap kaum
pribumi. Sehingga sastra dapat bernilai baik
dan buruknya tergantung dari penyampaian eksperesinya. Juga sastra disatu
sisi dipandang baik dalam pembentukan Hegemoni (kebudayaan) masyarakatnya, namun disisi
lain sastra juga digunakan untuk melawan hegemoni itu sendiri.
Kajian poskolonialisme menjarah hampir seluruh
aspek kebudayaan, mencangkup diantaranya ideologi, politik, agama, pendidikan,
sejarah, antropologi, bahasa dan sastra . Terlebih pula dalam bentuk praktik kolonial di lapangan seperti perbudakan, pemindahan penduduk, pemaksaaan bahasa
serta bentuk bentuk penjajarah kolonial lainnya. Sehingga dengan adanya teori
poskolonial sangat erat kaitannya dengan kritik lintas budaya sekaligus wacana
yang ditimbulkannya.
Tak kalah penting pula, kajian poskolonial
bukan hanya teori semata, melainkan suatu kesadaran itu sendiri, bahwa banyak
hal yang harus diperangi mulai dari orientalisme, rasisme, dan bentuk hegemoni
lainnya. Yakni hegemoni yang dapat menindas suatu pihak tertentu dalam masyarakat.
Pengaruh hegemoni barat masa kolonial masih dirasakan efeknya hingga sekarang.
Sebab penjajahan kolonialisme tidak hanya berupa penjajahan secara fisik dalam
perebutan wilayah ataupun pengambilan
seluruh aset.
Adapun ciri ciri khas poskolonialisme ada 4 hal kajian.
1. Mengkaji refleksi penjajahan kolonialisme
2. Mengkaji refleksi ideologi
3. Mengkaji Hegemoni Kekuasaan
4. Mengkaji Hegemoni dari aspek gender
Sejarah Poskolonialisme
Awal munculnya poskolonialisme sebagai kajian diperkirakan
pada tahun 1970-an yang di Barat ditandai dengan munculnya buku Orientalisme (1978) yang diterbitkan oleh Edward Said yang berkaitan dengan perspektif barat dalam
memandang timur. Dalam bukunya said mengingatkan dunia sastra untuk tidak
mengeksplorasi dan mendiskusikan ataupun menganggap penting kajian mengenai
kolonialisme. Menurut Said bahwa orang orang eopa pada abad ke-19 mencoba
menjustifikasi penaklukan kekuasaan mereka dengan meyebarkan keyakinan palsu. Hal
itu menjadi tonggak kelahiran teori poskolonial. Said menggunakan pendekatan
hubungan dan kekuasaan dengan megkritik sangat tajam tentang hegemoni barat terhadap
timur dengan mengungkapkan berbagai kepentingan terselubung terhadap bangsa
timur. Hal terebut disebabkan adanya interaksi antara penjajah (bangsa barat) dengan masyarakat
pribumi (Bangsa Timur) yang terjadi secara totalitas terhadap masyarakat
jajahannya baik secara fisik maupun secara psikis/Mental. Kondisi sosial
kebudayaan masyarakat pribumi turut pula dipengaruhi oleh hegemoni barat. Sehingga
efek dari hegemoni barat itu masih dirasakan hingga sekarang walaupun telah
Merdeka.
Para Tokoh Poskolonialisme
Homi Bhabha, Buchie Emecheta, France Fanon,
jamaica Kimcaid, Salman Rushdie, wole soyinka, dan Gayatri Chakavorty Spivak. Namun, tokoh yang paling terkenal dalam kajian poskolonialisme ada
tiga orang atau lebih dikenal dengan istilah
Triosentris Poskolonialisme yaitu Edward Said, Gayatri Chakavorty, dan
Homi K Bhabha.
Homi Bhabha, lahir 1949 di Mumbai (India).
Bukunya Nation and Narration (1949) dan The Location of Culture (1994)
Konsep Poskolonialisme Homi K Bhabha
a. Hibriditas merupakan dampak dari proes mimikri. Pada Hibriditas
berarti Proses pencampuran antara budaya lokal dengan budaya penjajah. Misalnya
ada orang yang menggunakan jas dengan sarung. Awalnya jas merupakan salah satu
dari hegemoni barat namun tercampur dengan budaya tradisi masyarakat yang
menggunakan sarung. Contoh lainnya adanya FasionShow juga merupakan
peninggalan dari hegemoni barat.
b. Ambivalensi
c. Mimikri = Proses meniru identitas dengan identitas yang lebih
powerful. Atau tercabutnya tradisi dan identitas tradisional masyarakat dan
dipaksa beradaptasi dengan tradisi dan perilaku budaya penjajah (termasuk
bahasa, sistem politik, sistem pendidikan, dan sistem lainnya). Para penjajah
ingin mempertahankan identitasnya sebagai seorang yang superior dengan
menampilkan perbedaan
Referensi
Eka
Anggraini, Ade. 2018. Posmodernisme dan Poskolonialisme Dalam
Karya Sastra. Jakarta :
Pujangga
Nugraha, Dipa. 2015. Sastra dan Kajian Poskolonial. Surakarta : ResearchGate
Comments
Post a Comment